Hari ini, Selasa 23/2, GPA Perhimpunan Penjelajah dan Pencinta Alam SMA Negeri 2 Bandung genap berusia 36 tahun. Hal itu menjadikan GPA satu dari sekian ekstrakurikuler tertua yang masih ada hingga hari ini. Berdiri sejak 1980 atas inisiasi Ir. Jaka Winarso yang kala itu menjabat sebagai Ketua OSIS dan James Asiano Lontoh untuk mewadahi minat siswa SMA 2 Bandung yang saat itu gemar berkegiatan di alam terbuka. Sebagai sebuah organisasi dan ekstrakurikuler yang bernaung di lembaga pendidikan menengah atas, rasanya itu sebuah pencapaian luar biasa.
Tetap eksis selama hampir empat dekade bukan berarti roda organisasi GPA berjalan mulus dan tanpa masalah. Setengah dekade belakangan, GPA terpaksa membatalkan beberapa kegiatan pendidikan dan non-pendidikan. Beberapa kegiatan itu seperti Program Pengembaraan tahun 2014 dan 2015, program Karya Tulis 2015, Pendidikan dan Latihan Dasar 20015, dan GPA Cup atau Merdeka Cup (dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia) adalah beberapa program yang tidak terlaksana karena faktor perizinan yang entah apa dasarnya. Padahal lewat program-program itulah anggota kami mengasah keterampilannya baik soft skill ataupun hard skill.
Dalam setiap kegiatan yang kami laksanakan, kami selalu menanamkan nilai-nilai soft skill berupa kepemimpinan, cinta lingkungan, kebersamaan, dan spirit of the corp. Hal-hal itu merupakan amanat dari Buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan. Di samping itu, selama berkegiatan kami selalu merangsang anggota untuk aware terhadap sekitar, berinisiatif, tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, dan disiplin. Kami rasa tidak ada salahnya seorang siswa SMA memiliki nilai-nilai yang disebutkan tadi. Untuk menanamkan nilai-nilai tadi, kami menggunakan kegiatan-kegiatan yang tidak terlaksana sebagai media dan kiranya nilai-nilai tadi tidak akan didapat lewat kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dengan metode satu arah, guru menjelaskan dan siswa duduk manis mendengarkan. Mereka (siswa) perlu lebih dari itu. Harus ada tempat untuknya belajar dan mengaktualisasikan dirinya.
Selain itu, kami juga mengajarkan materi tentang kegiatan di alam terbuka atau yang biasa disebut hard skill. Saat menjadi anggota, setidaknya ia menguasai dua belas materi seperti, navigasi, survival, panjat tebing, tali temali, prakiraan cuaca dan medan, arung jeram, organisasi dan kepemimpinan, sosiologi pedesaan, zoologi dan botani praktis, manajemen perjalanan, komunikasi lapangan, dan pertolongan pada gawat darurat meski dalam tahap dasar. Hal itu dirasa perlu dikuasai sebelum memulai sebuah perjalanan. Terlebih lagi dewasa ini traveling sudah menjadi gaya hidup.
Sejak pergantian jajaran pimpinan di SMA 2 Negeri 2 Bandung, dengan terpaksa kami menghentikan beberapa kegiatan yang dirasa bermanfaat, setidaknya menurut kami, orang tua anggota, dan beberapa guru. Terhitung sejak bulan Oktober tahun lalu, GPA dibekukan dan dilarang berkegiatan oleh pihak sekolah. Kendati sampai tulisan ini dibuat, kami – Dewan Pengurus – belum pernah menerima secara resmi surat yang dijadikan dasar pembekuan tersebut. Pembekuan GPA yang setidaknya sudah berjalan selama lima bulanan itupun hanya dilakukan secara lisan. Meski pernyataan itu keluar dari pihak pemegang otoritas, kiranya hal itu tidak bisa dijadikan dasar untuk menghentikan kegiatan GPA.
Anggapan miring dan stigma tentang kami terus bermunculan dan terus berkembang. Setidaknya sejak enam tahun terakhir. Anggapan tersebut dapat dianalogikan seperti bola salju yang makin lama makin membesar. Dimulai dari tudingan, kami (alumni) memerintahkan anggota yang masih berstatus SMA untuk melawan guru, mengajarkan untuk pulang malam, sampai berperilaku “nakal” di lingkungan sekolah. Selain itu juga, pihak yang menganggap kami begitu berusaha menggiring opini orang tua siswa lewat pertemuan terencana seperti bagi rapor dan semacamnya. Biasanya, setelah pertemuan antara pihak sekolah dan orang tua siswa, kami selalu mendapat keluhan dari orang tua siswa baik yang sudah menjadi anggota ataupun yang belum menjadi anggota. Keluhan yang kami terima bukan karena apa yang pihak sekolah katakan tentang kami tapi tentang perilaku pihak sekolah saat pertemuan berlangsung. Banyak dari orang tua siswa yang menanyakan sebenarnya ada apa antara GPA dengan pihak sekolah. Beberapa diantaranya adalah orang yang mengenal GPA. Biasanya memiliki rekan anggota GPA atau juga penggiat alam terbuka. Kami selalu menanggapi pertanyaan atau keluhan yang masuk dan kami menanggapi hal tersebut sebagai cambuk.
Kami selalu mengusahakan untuk temu wicara dengan pihak sekolah guna menyudahi pembekuan GPA. Setidaknya, di pertemuan itu, kami mendapatkan alasan mendasar perihal pembekuan dan menerima dasar hukum atas hal tersebut. Namun sayangnya pertemuan itu tidak pernah terjadi. Mungkin pihak yang ingin kami ajak bicara sedang sibuk mempercantik infrastruktur sekolah dengan memasang keramik indah dengan tempelan batu andesit dan batu kali lempeng yang dipasang beberapa tempat yang dilalui pejalan kaki. Juga beberapa buah gazebo untuk menambah kesan indah, mungkin.
Selama bertahun-tahun, kami berusaha mengikis stigma tersebut dengan raihan prestasi di bidang akademik dan non-akademik dan juga lewat kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi anggota GPA dan warga SMA Negeri 2 dan sekitarnya. Perihal prestasi di bidang non-akademik, anggota kami berhasil menjadi Juara ke-1 Wanadri Orienteering Games 2013, Juara ke-2 Eiger Orienteering Competition 2014, Juara ke-3 Bandung Climbathon 2015, Juara ke-3 Bandung Road Trip 2015. Dalam bidang akademik pun banyak anggota GPA yang mendapatkan prestasi gemilang. Salah satu anggota kami mendapatkan ranking 11 pararel pada semester 5 dan banyak diantaranya yang berhasil berkuliah di kampus ternama lewat jalur tes ataupun undangan. Di bidang keorganisasian pun anggota kami, yang berstatus siswa SMA, banyak yang diamanatkan untuk memegang jabatan penting di lingkup sekolah. Misalnya seperti ketua From Two Wtih Love (kegiatan rutin tahunan seperti pementasan seni dan musik), ketua Pekan Seni Pelajar (PSP), dan kegiatan kreatif lainnya. Beberapa kali kami melakukan kegiatan sosial. Seperti penggalangan dana untuk korban bencana, gerakan bersih-bersih Sungai Cikapundung yang terletak di sebrang sekolah kami, dan usulan donor darah yang tidak mendapatkan restu sekolah.
Ada peribahasa lama yang mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Usaha kami untuk mengenal negeri Indonesia adalah dengan mendaki dan menjelajah. Kala kita mengenal negeri ini maka akan muncul pula rasa nasionalisme. Selain itu juga kami adalah kelompok orang yang percaya perkataan Lord Baden Powell, “Suatu negara tidak akan kehabisan pemimpin jika didalamnya masih terdapat anak muda yang penuh keberanian mendaki gunung tinggi dan menjelajah laut,” ujar pensiunan jenderal bintang tiga dan Pendiri Gerakan Kepanduan Internasional (Scout Movement). Karena keyakinan itu, kami terus mendaki.
Usaha yang kami lakukan memang belum cukup untuk mengikis stigma tersebut dan membuka pemikiran pihak sekolah. Mungkin torehan medali yang kami raih belum memuaskan. Memasuki usia yang ke-36 ini, kami hadir dengan jiwa dan semangat yang baru. Jiwa dan semangat untuk berprestasi meski melelahkan, jiwa dan semangat untuk menjadi pribadi yang tidak biasa meski sukar, jiwa dan semangat untuk tetap tegak meski didera cobaan, serta jiwa dan semangat untuk menjadi juara meski harus berkorban. Lakukan yang terbaik! Mari kawan-kawan, jadikan HUT ini sebagai momentum kebangkitan kita. Siapkan seluruh tenaga untuk menghidupkan kembali api yang mulai redup. Singsatkan lengan bajumu dan ikat kencang tali sepatumu! Kepalkan tangan kananmu dan tinjukan ke langit sambil teriak “GPA!”. (Edited by author)
Ditulis oleh Aldino Prayoga (aldinopd@gmail.com) / GPA 11.26.219 / Staf Biro Operasional DP XVI GPA / Alumni SMA Negeri 2 Bandung angkatan 2012.
Selamat ulang tahun GPA!! Semoga semakin cerdas dalam berfikir, cermat dalam berencana, cekatan dalam bertindak, dan berani dalam bertanggungjawab. Aamiin
Sangat miris melihat keadaan GPA saat ini, anak-anak muda yg berenergi positif dan bersemangat harus diredupkan dengan cara dan alasan yang tidak rasional. Keberanian dan kepercayaan diri tidak akan langsung datang dengan tiba-tiba, tetapi harus dilatih dan diasah, dan yang saya rasakan salah satu cara terbaik melalui pendidikan di luar sekolah yang dapat membentuk karakter seseorang ke arah yang lebih baik. Semoga ini menjadi bahan renungan kita semua, semoga kita semua selalu bersemangat dalam berkegiatan dalam organisasi kita yang tercinta ini.
Salam hangat dari saya untuk kalian semua. GPA GPA GPA!!
GPA 04.20.190.