Sekilas WOG
Setelah menghilang selama 9 tahun, Wanadri Orienteering Games kembali diadakan pada tahun 2011. WOG 2011 diadakan pada Sabtu-Minggu, 23-24 Juli 2011 dan bertempat di Telaga Warna, Puncak, Bogor. WOG 2011 terdiri dari dua kegiatan, yaitu foot orienteering (Foot-O) dan mountain bike orienteering (MTBO). GPA mengirimkan tiga tim untuk mengikuti Foot-O, dua tim putra dan satu tim putri. Terdapat 16 tim (termasuk dari GPA) yang mengikuti Foot-O, dengan mayoritas peserta berasal dari pecinta alam tingkat perguruan tinggi.Foot-O terdiri dari dua etape. Etape 1 diadakan pada hari Sabtu, 23 Juli dan Etape 2 diadakan pada hari Minggu, 24 Juli. Di tiap etape, dengan berbekal peta dan kompas, masing-masing tim harus mengumpulkan marker sebanyak-banyaknya dalam kurun waktu maksimal 5 jam. Masing-masing marker yang tersebar di wilayah Perkebunan Teh Ciliwung memiliki poin yang berbeda, tergantung dari tingkat kesulitan mencapai marker tersebut. Apabila tim mencapai titik finish sebelum waktu ideal, yaitu 4 jam 30 menit, maka untuk setiap menit yang dihemat tim akan mendapatkan tambahan bonus 3 poin. Sedangkan jika tim memasuki titik finish setelah waktu ideal, maka untuk setiap menit keterlambatan tim akan dikenai pengurangan nilai sebanyak 5 poin per menit. Tim yang memasuki garis finish seteah 5 jam akan didiskualifikasi, sehingga tim yang mencapai finish setelah 5 jam pada Etape 1 tidak dapat mengikuti Etape 2.
Etape 1 terdiri dari 28 marker dan Etape 2 terdiri dari 26 marker.
Awalnya, peran saya di tim GPA adalah sebagai official. Namun mundurnya seorang anggota tim membuat saya menggantikan posisi orang tersebut di tim putri. Sejujurnya, saya merasa tidak siap. Sudah lama saya tidak berolahraga rutin dan ketika sedang bersiap-siap saya kebingungan mencari kaos kaki yang biasa saya gunakan untuk lari. Tapi pengalaman tidak datang dua kali, dan kapan lagi saya bisa orienteering satu tim dengan Sarah dan Anin, sehingga saya memutuskan untuk mencoba – pasti akan ada satu atau dua pelajaran yang dapat saya petik dari pengalaman kali ini :D.
Setelah persiapan yang cukup singkat, rombongan GPA berangkat dari Bandung sekitar pukul 19.00 pada hari Jumat, 22 Juli. Kami tiba di lokasi lomba pukul 23.30 dan sebagian dari rombongan langsung mengikuti technical meeting sementara sisanya melakukan registrasi ulang. Setelah kedua kegiatan tersebut selesai, kami langsung mendirikan tenda, dilanjutkan dengan briefing mengenai ROP keesokan harinya serta peraturan dan persiapan lomba. Berikut rincian tim-tim dari GPA:
- GPA-1 (peserta: Hadi, Papih, Harris; official: Bang Roy)
- GPA-2 (peserta: Elba, Mamat, Aldino; official: Tresna, Fadel)
- GPA-3 (peserta: Aini, Sarah, Anin; official: Rere)
Keesokan harinya, setelah upacara pembukaan WOG 2011 (dengan Anin sebagai dirijen untuk menyanyikan Indonesia Raya :D), Etape 1 dimulai pukul 10.10 dan berakhir pukul 14.40 (batas waktu ideal). Seperti tim-tim yang lain, tim kami pun memutuskan untuk mengambil Cek Poin 4 terdahulu, dikarenakan lokasinya yang paling dekat dengan titik Start. Peraturan lomba tidak mengharuskan seluruh anggota tim untuk berada di cek poin ketika kita sedang mengambil poin, sehingga tim kami berbagi tugas (secara tidak sengaja) dengan Sarah sebagai pelari utama, serta Anin dan saya bergantian menjadi kuli angkut alias pembawa daypack berisi minum, makanan ringan dan jas hujan. Tugas sebagai navigator kami lakukan secara bersama-sama. Salah satu keuntungan dari orienteering adalah kegiatan ini merupakan navigasi praktis, sehingga navigasinya tidak terlalu repot. Selain itu, kami juga mengasah kemampuan membaca peta dan orientasi medan.
Awalnya, kami bertiga masih bisa mencapai cek poin. Namun lama-kelamaan, setelah sekitar 2 jam lomba berlangsung, nafas mulai tersengal-sengal dan kaki mulai tidak kuat sehingga akhirnya hanya Sarah (yang fisiknya paling prima di antara kami bertiga) yang mencapai cek poin sedangkan kami berdua menunggu di jalan.
Pelajaran pertama: dalam membuat suatu tim orienteering, usahakan semua anggota tim berada pada tingkat/kondisi fisik yang setara sehingga tidak ada anggota yang membebani atau ditumbalkan seorang diri.
Semakin siang, hari semakin panas. Baju kami basah oleh keringat dan bayangan pepohonan sudah tidak lagi memberikan perlindungan karena matahari sudah tepat berada di atas kepala. Air minum sudah habis dan kami mulai minum dari sumber-sumber air yang kami temui di jalan. Kami mulai frustasi karena rasanya titik finish masih sangat jauh sedangkan masih banyak cek poin yang belum kami datangi. Selain itu, setiap kali kami berpapasan dengan tim lain, mereka nampak masih segar bugar melakukan perjalanan dengan berlari, sedangkan kami sendiri terengah-engah dan lebih banyak berjalan dibandingkan dengan berlari.
Puncak kekesalan kami terjadi ketika kami sedang berusaha mencari Cek Poin 20. Menurut peta, cek poin tersebut berada di sisi selatan puncak suatu punggungan. Namun, ketika kami mendaki hingga ke puncak, kami sama sekali tidak menemukannya. Akhirnya, kami menyerah dan memutuskan untuk lanjut saja mencari Cek Poin 21, yang dapat terlihat dari puncak tersebut. Ketika kami sedang turun menyusuri kebun yang menutupi punggungan tersebut, tiba-tiba kami menemukan Cek Poin 20! Ternyata Cek Poin 20 berada di sisi utara punggungan, dan dapat terlihat dengan mudah apabila kami mendaki punggungan dari sisi utara. Ahh, menyebalkan sekali! Untungnya Cek Poin memiliki nilai yang cukup besar.
Titik finish Etape 1, yang berada di Desa Rawagede, kami capai dengan sisa waktu 30 menit, sehingga kami mendapatkan bnus waktu. Kami tidak berhasil mendapatkan semua cek poin, namun kami cukup puas karena mendapatkan semua cek poin-cek poin yang telah kami targetkan. Hasil Etape 1 adalah tim GPA-2 menempati urutan ke-7, GPA-1 urutan ke-10 sementara GPA-3 urutan ke-13. Artinya, kami semua lolos ke Etape 2 :D.
Malam itu, berkat kelihaian sosiologi pedesaan para official rombongan GPA, kami dapat bermalam di ruang tengah salah satu warung yang berada di Desa Rawagede.
Keesokan harinya, saya terbangun dengan perasaan kaget. Saya mengira akan terbangun dengan kaki pegal, namun kaki terasa cukup sehat, hanya sedikit kaku karena dinginnya udara pagi. Ternyata mengoleskan Counterpain sebelum lari, yang kami lakukan kemarin pagi sambil bersiap-siap, sangat ampuh! Jadi, pagi itu kami bersiap-siap dengan badan cukup segar.
Pelajaran kedua: mengoleskan Counterpain sebelum lari sangat ampuh untuk melemaskan kaki ketika berlari serta mengurangi rasa pegal sesudahnya.
Etape 2 dimulai pukul 08.40 dan waktu idealnya berakhir pukul 13.10. Titik Finish Etape 1 menjadi titik Start Etape 2, sedangkan titik Finish-nya merupakan titik Start Etape 1. Intinya, jalur Etape 2 merupakan kebalikan dari Etape 1, namun dengan penempatan cek poin yang lebih sulit.
Pada Etape 2, waktu Start yang lebih awal membuat baju kami kebasahan oleh embun yang masih menempel di pohon teh yang kami terobos untuk mencapai cek poin-cek poin awal. Jalur yang kami strategikan tidak termasuk cek poin yang lokasinya melambung jauh dari jalan utama, sehingga pada cek poin-cek poin pertengahan, biasanya kami merupakan tim pertama atau kedua yang mencapai cek poin karena tim-tim lain menggunakan strategi sapu bersih.
Hal menegangkan terjadi ketika kami akan mengambil Cek Poin 43, 44 dan 45. Kami memutuskan untuk berpencar dan masing-masing mengambil 1 cek poin untuk menghemat waktu dan tenaga. Yang terjadi adalah merasa deg-degan karena harus berlari cukup jauh seorang diri untuk mengambil Cek Poin 45. Setelah itu mipir sebuah punggungan untuk menghampiri Anin di Cek Poin 44. Selanjutnya kami berdua mendatangi Sarah, yang ternyata tidak berhasil menemukan Cek Poin 43. Strategi kita saat itu bisa dikatakan gagal karena ketiadaan alat komunikasi mengakibatkan miskomunikasi dan saling menunggu untuk waktu yang cukup lama.
Menjelang akhir perlombaan, sempat-sempatnya kami bertemu dan mengobrol dengan rombongan turis asal Russia yang telah berlibur selama 1 bulan di Bogor.
Kami mencapai Finish dengan cukup banyak waktu tersisa. Ternyata sudah banyak tim yang masuk ke Finish, termasuk tim GPA-2, karena total dari bonus jauh lebih besar daripada mengambil cek poin sehingga banyak tim yang memutuskan untuk tidak mengambil cek poin dan sesegera mungkin mencapai titik Finish.
Hasil akhir, yang merupakan jumlah total poin dari Etape 1 dan Etape 2, bagi tim-tim GPA adalah sebagai berikut:
• GPA-2, urutan ke-8
• GPA-1, urutan ke-10
• GPA-3, urutan ke-14.
Walaupun kalah, saya cukup puas dengan hasilnya karena kami sudah berusaha semaksimal mungkin dengan persiapan yang sangat minim. Apalagi untuk yang baru pertama kali ikut orienteering, pengalaman kali ini dapat menjadi acuan untuk lomba-lomba orienteering selanjutnya :D.
Oiya, juara 1, 2 dan 3 dari Foot-O adalah:
1. Dinamik, FT UMS
2. Kappa, FT UI
3. Makopala, Budi Luhur.
Kisah ini belum berakhir karena sepulangnya dari lomba ini masih terdapat satu pelajaran terakhir.
Pelajaran ketiga: gunakan sunblock agar kulit tidak terbakar.
Bukan manja, bukan juga centil. Namun seminggu setelah WOG muka kami semua (baik peserta maupun official) terbakar, mengelupas dan terasa sangat-sangat perih. Alangkah baiknya kalau kita dapat mencegah ketidaknyamanan ini daripada harus mengobati :).
Pada akhirnya, tidak hanya satu, tetapi tiga pelajaran yang saya dapat setelah mengikuti WOG 2011. Saya yakin teman-teman yang lain pun pasti mendapatkan sesuatu setelah mengikuti WOG, namun ini hanyalah secuil pengalaman saya pribadi.
Agustus 2011